Rabu, 26 Desember 2012

Izinkan Aku memilih jalan ku Cinta


Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah Swt…
Syukur kepada Allah SWt yang telah mngaruniakan nafas padaku dan padamu dinda untuk segera memperbaharui Cinta yang terlarang ini.
Ukhti……..rasanya aku telah menemukan kekasih yang lebih baik darimu, yang tak pernah lelah  memberi  perhatianya kepada Ku setiap detik, menit dalam hembusan hidupku ini. Dan DIA tidak pernah tidur dalam menjaga Ku.

Maaf Ukhti…..bagiku kau bukan apa-apanya nya dibadingkan dengan DIA, kau sangat lemah, kecil dan kerdil dimata-Nya. Ukhti…..Aku khawatir apa yang telah kita lakukan menjalani hubungan selama  4 tahun ini membuat_nya marah dan Murka kepada Kita semua. Akad , ijab dan Kabul yang 4 tahun silam Aku katakan hanyalah Perkataan sesaat yang membuat Kita tersesat dan terjerembat dalam lembah kehinaan.

Ukhti……Sesungguhnya Hubungan yang qta jalani hanyalah Cinta yang fana dan Sementara, tak ada cinta yang abadi, tak ada pengertian sampai mati, tak ada kasih sayag membuat Kita takut kehilangan. Percaya atau tidak mungkin Kita dulu merasakanya. Maafkan Aku yang harus melupakanmu dan menutup buku lembaran masa lalu, biar ini sebagai sejarah yang tak akan terulang dan menjadi peristiwa yang unik.

Ukhti,,,,,,,Aku tau kata-kata ini menyakitkan untuk aku ucapkan kepadamu, namun lebih sakit lagi dengan cinta yang semu dan siksa akan Cinta yang penuh nafsu ini. 4 tahun lalu sesungguhnya kita sudah memperkosa arti cinta Kita, maafkan tangan ini yang memegang tangan mu, Ku tak ingin yg ku pegang itu adalah buah Jakkum di neraka. Kaki ini selalu berzinah ketika aku hendak berkhalwat kerumahmu, mata ini berzinah ketika aku melihat senyum mu yang palsu, mulut ini berzinah ketika aku mengucapkan kata I love You,  aku juga bingung apakah yang Aku katakan itu adalah Cinta atau nafsu belaka yang Hina.

Ukhti,,,,jangan marah ya…….aku melanggar janji Ku kepadamu, janji yang menjeruji ditirai besi jahanami. Maafkan aku yang harus berpaling darimu untuk mencintai-NYA. Ya ukhti,,,,,kau pun bisa menjadi kekasih-Nya, syaratnya satu yaitu melupakan Aku.  Tak ada yang terlambat untuk kita bertaubat!!

Aku Sedih dengan keputusan yang ku ambil ini,Ku tulis dalam tetesan air mata, menangis akan dosa-dosa yang Kita perbuat, dan maafkanlah aku yang membuatmu terlibat dalam hubungan yang tidak halal ini. DIa Punya rencana indah untuk masa depan Kita. Kau pasti akan temukan orang yang lebih baik dari Aku ataupun Dirimu sebaliknya.

Ukhti,,,,,walaupun Kita tak dapat bersatu didunia fana dalam jerat Cinta yang sementara, tapi yakinlah suatu saat nanti Kita dipertemukan ditelaga surga_Nya Insya Allah,,,,,,,
kitta akan Hidup bahagia, duduk berdua dengan taman bunga surga yang permai,tentunya itu lebih romantic dan lebih indah bukan? Ku tunggu dan Ku nanti engkau di dunia yang Indah dan kita menjalin cinta hakiki didalamnya, hanya kita berdua……saat dulu kita lakukan .Insya Allah…..ukhti.

Ukhti….., aku akan segera menghapus namamu dalam bingkai hatiku, mendelet memori masa lalu yang salah arah ini dalam CPU kalbu ku, memformat ulang niat Ku dalam menentukan kurikulum haikat cinta, kan Ku tipe_x Cinta mu dalam Flash disck Fikiran Ku tentang mu. Aku ingin menjadi diriku sendiri tanpa hadirmu tanpa cintamu yang semu dan Fana, Ku harap Engkau jangan harapkan aku tuk kembali padamu, Kita akan menemukan dan mengetahui jodoh qta caranya satu dengan memperbaiki diri qta sendiri.

Maaf ukhti ....tak baik rasanya aku berlama- lama menulis surat Cinta ini dalam dunia Maya. Aku takut ini merusak hati, goresan pena terakhirku sebagai tanda Aku MELUPAKANMU. Bukan aku tak mencintaimu tapi q tak ingin kita meminggul dosa
MAAFKAN AKU YANG TELAH MENCINTAIMU!!!
Kan Ku berikan syair ini sebagai rasa sayang Ku padamu

“ Malam ini terasa berat bagiku menghapus namamu dalam kalbuku”
‘ Tapi tidak berarti robek pula cinta Kita’
‘Aku hanya ingin cinta cinta ini tetap abadi, meski tanpa goresan tinta’
‘ yang utama adalah cinta bukan tinta’
‘ betapa banyak tulisan yang melupakan Tuhanya’
‘ betapa sering qta tidak mengenal-NYA’
‘ karena Jari terlalu sering goreskan kata Cinta”


Wassalamu’alaikum wr.wb


# Catatan masa lalu  16 Juli 2009 #


Sabtu, 01 Desember 2012

Islam, Ritual dan Pembebasan



Memaknai sebuah ajaran agama tidak hanya sebatas menjalankan ritual ibadah yang dianggap sakral, bahkan dogma sebuah agama terkadang membuat kaum beragama menjadi yakin sehingga tidak terfikirkan untuk mengkaji lebih dalam dari pesan-pesan, simbol-simbol, historis, empiris maupun semiotis dalam ajaran agama. Islam adalah sebuah agama yang universal (Syumul), artinya Islam bisa dikatakan sebagai ajaran yang berlaku untuk seluruh manusia. Akan tetapi memaknai Islam ternyata mempunyai arti yang cukup dalam untuk memaknai sebuah ajaran yang bertujuan sebagai kekuatan pembebasan (Liberating Power).

Kekuatan pembebasan dalam beragama sejatinya buka sebatas ritual yang sakral, bukan difahami sebatas simbol dalam menjalankan ibadah, akan tetapi harus direnungi substansinya dalam konteks kekinian dalam menjawab permasalahan realita sosial yang ada. Agama apalagi Islam tentu bukan sekedar simbol bagi penganutnya (seharusnya). Namun pada tataran riil, Agama lebih sering hanya menjadi sebuah simbol yang berujung kamuflase dan kesadaran palsu (semu). Beragama tidak lagi sebagai sebuah keniscayaan. Beragama juga tidak lagi dihayati dengan sesungguhnya. Padahal seharusnya, Agama menjadi pembimbing bagi pemeluknya untuk mencapai kebahagiaan dunia (profan) dan akhirat (ukhrowi). Namun, seringkali orang beragama berhenti pada simbol, tanpa menangkap maknanya. Orang sering terkecoh pada simbol. Tidak jarang, jenggot dianggap simbol ke-sholihan individu, padahal sinterklas (Saint Claus) dan orang Yahudi ortodoks berjenggot lebat. Orang Islam merasa kurang afdhal kalau pergi ke masjid tidak pakai sarung, padahal orang-orang Budha di Myanmar suka pakai sarung jika hendak menjalankan ritual agamanya. Seorang khatib juga dianggap tidak patut jika tidak memakai kopiyah atau sorban. Padahal, orang-orang Hindu di India suka pakai kopiyah jika berkhutbah.
Fenomena seperti ini lahirlah sakralisasi simbol, meski ia hanya berguna jika ada makna di baliknya. Ada perbedaan antara simbol dan makna, wadah dan isi, form dan matter. Banyak orang yang hanya tahu simbol tanpa tahu reasoning maknanya. Kadang kita terjebak untuk berjuang menegakkan simbol itu dan bahkan “menyembahnya”. Celakanya, akita telah merasa mendapatkan tiket masuk surga dengan memperjuangkan simbol.

Sebagai contoh sederhana ritual puasa, haji, idul fitri, idul adha, zakat dan sebgainya sebenarnya mempunyai misi pembebasan. Dalam puasa kita dituntut untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, akan tetapi puasa bisa dimaknai sebagai proses pensucian jiwa dari hal-hal keduniawian (profan), mereduksi nafsu angkara murka menuju kerahmatan Tuhan. Menawan nafsu keserakahan hingga menyebabkan miskinnya nurani yang tergadaikan oleh kebutuhan, maka tidak heran puasa jalan tetapi korupsi lancar, artinya puasa cuman sebatas ritual dan belum bisa memerdekakan kita sepunuhnya. Maka puasa yang kita fahami harus digugat!
Ritual haji mempunyai maksud pembebasan, di dalamnya penuh dengan metafor-metafor pembebasan. Penggunaan pakaian ihram adalah simbol pembebasan manusia dari jeratan-jeratan material, serta memandang manusia sama dimata Tuhan tidak membedakan status sosial hamba-Nya. Melempar jumroh juga metafor dan pembebasan manusia dari godaan syaitan, tapi kadang kita belum mampu melempar syetan keluar dari hati kita. Zakat juga sarat dengan metafor-metafor pembebasan. Penentuan 2,5% dan kekayaan yang harus kita zakatkan dan harta yang kita miliki mengisyaratkan bahwa kita diajarkan untuk tidak begitu "menuhankan" materi. Sebaliknya uang yang kita miliki harus disisihkan sebagian untuk pembebasan sesama kita dan belenggu kemiskinan material. Sebab disadari betul dari kemiskinan material ini akan berakibat pada munculnya kemiskinan-kemiskinan yang lain, termasuk di dalamnya kemiskinan keimanan. Inilah barangkali ini makna yang termaktub dalam hadits Nabi bahwa “Kefakiran akan cenderung kepada kakafiran”.

Memaknai ritual ibadah dalam Islam, hemat penulis bukan sekadar sebatas sholeh secara individu, namun harus sholeh secara sosial. Muslim di Indonesia sangat mendominasi, orang naik haji meledak tiap tahunnya, perayaan idul fitri, Idul adha sangat antusias dijalankan, majlis ta’lim dimana-mana, masjid/mushola dibangun diberbagai arah. Lantas kenapa korupsi menggurita tiap tahunnya?. Kesenjangan sosial dimana-mana, Konflik etnis dan agama kian marak, keadilan tidak merata, supremasi hukum yang lemah, bukankah Islam itu syumul? Dan bahkan mengklaim sebagai umat terbaik? Sekiranya umat islam harus digugat! Karena ada yang salah kita memahami sebuah ajaran agama. Jika ibadah tak merasuk ke dalam jiwa, segenap prosesi tu hanya sebagai kehadiran fisik semata. Sekadar ritual luar belaka. Sekadar rukun, syarat dan status. Sedangkan hal-hal yang spiritual tertinggal di belakang, tak menembus wilayah hakikat dan ma'rifat. Makna dan fungsi ibadah tercecer di luar. Sehinga tak ada taslim, penyerahan diri yang total. Tak ada takhrij, proses mengeluarkan diri dari kegelapan menuju cahaya yang terang. Tak ada tanwir, yaitu pencerahan diri yang membuat hidup menjadi bersinar. Tak ada tahrir, Pembebasan diri dari segenap berhala kehidupan. Sehingga Ibadah yang dilakukan belum memberikan solusi perbaikan dalam tataran masyarakat kolektiv.