Senin, 02 Juli 2012

Seputar Idiologi

Prolog
Perang Ideologi tidaklah berakhir, sebagaimana dikemukakan oleh Daniel Bell dalam bukunya  The end of Ideology, yang menjelaskan mengenai berakhirnya era ideologi setelah pasca perang Dunia ke-2. Sebeleum PD II, dikenal dengan lahirnya konsep liberalisme dan kapitalisme, sebagai konsep ideologi pilhan negara barat dalam menata kehidupan negara, masyarakat dan ini dikembangkan untuk “ dicangkokkan” terhadap negara dikawasan dalam wilayah jajahanya. Tidaklah sepenuhnya berhasil, sebab setelah PD II, negara- negara yang baru merdeka yang berada dikawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Maka barat menewarkan ( sebuah setrategi)  konsep yang dikenal dengan modernisme ( lawan dari strukturalisme), sebuah faham secara etimologis berkesan menyuarakan kemajuan dan pembaharuan, tetapi dalam kenyataanya hanya topeng lain dari siasat barat untuk “ mengelabui” dunia ketiga, karena modernisme yang mereka usung pada dasarnya konsep liberalisme dan Kapitalisme. Jargonya beda, namun esensi, substansi, dan misi adalah sama, yakni bagaimana Barat dapat mengekalkan dominasi politik, ekonomi, dan budaya dalam pergaulan masyarakat dunia yang pada akhirnya saling tarik menarik kepentingan antara kaum kapitalis dengan komunis, dan bahkan Islam dalam merebutkan hegemoni dalam berbagai bidang.

Pengertian, Dimensi, dan Tahapan Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa latin yang terdiri atas dua kata, yakni ideo artinya pemikiran; logis artinya logika, ilmu, pengetahuan. Dapatlah didefinisikan ideology merupakan ilmu mengenai keyakinan dan cita-cita.[1]
Ideologi merupakan kata ajaib yang menciptkan pemikiran dan semangat hidup di antara manusia terutama kaum muda, khususnya diantara cendekiawan atau intelektual dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ideology merupakan rumusan alam pikiran yang terdapat di berbagai subjek atau kelompok masyarakat yang ada, dijadikan dasar untuk direalisasikannya. Dengan demikian, ideologi tidak hanya dimiliki oleh negara, dapat juga berupa keyakinan yang dimiliki oleh suatu organisasi dalam negara, seperti partai politik atau asosiasi politik, kadang hal ini sering disebut subideologi atau bagian dari ideology. Ideologi juga merupakan mythos yang meliputi political doctrin (doktrin politik) dan political formula (formula politik).
Mengenai kedudukan antara ilmu, filsafat, dan ideology dalam hubungannya dengan perjuangan politik dan cita-cita politik tentu beda. Ilmu dan filsafat yang subjeknya disebut ilmuan dan filsuf berbeda dengan dengan sang ideology. Seorang ilmuan tidak akan memaksakan atau mempengaruhi kepada orang lain, ia hanya menjelaskan, mempresentasikan apa yang ditemui sebagai suatu karya dan secara moral perlu diketahui atau disampaikan kepada orang lain atau masyarakat. Ilmuan tidak membentuk suatu kelompok untuk melawan kecenderugan yang dianggap sebagai sesuatu yang merusak yang terjadi di masyarakat yang secara politis bersentuhan dengan pemegang kekuasaan atau subjek politik. Oleh sebab itu, baik ilmu maupun filsafat tidak pernah dapat melahirkan suatu revvolusi dalam sejarah bila tidak ada subjek politik yang merumuskannya dalam aksi perjuangan social apalagi melahirkan revolusi politik. Ideologi dan ideology yang senantiasa memberikan ispirasi, mengarahkan dan mengorganisir perlawanan, protes, dan penggugatan yang menakjubkan, ideology pada hakekatnya memilki semangat tenggung jawab, keyakinan, dan keterlibatan serta komitmen, Ilmu dan filsafat kadang lebih bersifat netral, netralisasi itulah sebagai produk ganjil abad modern ini yang menyebabkan para jenius akhirnya hanya menjadai budak sewaan.
Ciri dari suatu ideology adalah cita-cita yang dalam dan luas, bersifat jangka panjang, bahkan dalam hal dasar bersifat universal atau diyakkini bersifat universal. Ia dirasakan milik dari suatu kelompok manusia yang dapat mengidentifikasikan dirinya dengan isi ajaran tersebut. Ia juga mengikat kelompok, sering pula membenarkan dan mempertahankan sikap perbuatan kelompok.[2]
Ideologi secara lebih luas dikemukakan sejumlah pemikir dan ilmuan maupun tokoh pergerakan. Alfian, seorang ilmuan politik di Indonesia mengemukakan bahwa ideology adalah pandangan atau system nilai yang menyeluruh dan mendalam yang dipunyai dan dipegang oleh suatu masyarakat tentang bagaimna  cara yang sebaliknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatuir tingkah laku mereka bersama dalam berbagaisegi kehidupan duniawi mereka.[3] Ali Syariati, seorang ilmuan dari Iran, mengemukakan bahwa ideology adalah sebuah kata jaib yang menciptakan pemikiran dan semangat hidup di atanra manusia, terutama di antara kaum muda, dan khususnya diantara para cendikiawan dan intelektual dalam suatu masyarakat.[4] Sukarna, seorang ilmuan plitik, mengemukakan bahwa ideology adalah konsepsi manusia mengenai politik, social, ekonomi dan kebudayaaan untuk diterapkan di dalam masyarakat atau negara.[5] Sidney Hook, seorang ahli filsafat modern dari Amerika Serikat, mengemukakan, ideologi merupakan program aksi yang diperuntukan bagi suatu bangsa.
Ideologi tercipta karena beberapa kemungkinan, yakni Pertama, ideology lahir karena diinspirasikan oleh sosok tokoh yang luar biasa, dalam sejarah bangsanya. Ia hadir membawa sekaligus mampu memberikan inspirasi serta pengaruh kuat kepada orang lain secara luas. Kedua, berdasarkan alam pikiran masyarakat, ideology ini dirumuskan oleh sejumlah orang yang berpengaruh dan merepresentasikan kelompok masyarakat kemudia disepakati sebagai pedoman dalam mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ketiga, berdasrkan keyakinan tertentu yang bersifat universal, ideology ini lahir dan dibawa oleh orang yang diyakini sebagai kehendak Tuhan, dengan membawa pesan untuk melakukan pembebasan dan memberikan bimbingan dalam mengatur kehidupan yang sebenarnya serta konsekuensi moral di kemudian hari yang akan diterma bila melanggarnya.
Alfian melihat ada tiga dimensi yang perlu dipenuhi oleh suatu ideology agar tetap mampu mepertahankan relevansinya yaitu petama, dimensi realitas, adalah kemampuan ideologu untuk selalu mencerminkan realita dari nilai-nilai yang hidup dan berkembanga di dalam masyarakat. Karena hanya dari situlah anggota msayarakat akan merasa bahwa ideology itu memang milkinua. Kedua, dimensi idealism, adaalh kemampuan kadar ideology yang terkandung di dalam nilai-nilai dasar ideologyitu. Ketiga, dimensi fleksibilitas, dimneisi ketiga kini menuntut kemampuan ideology bukan saja untuk melandasi dan meneropong perubahan atas pembaruan masyarakat, tetapi juga sekaligus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu.[6]

Ideologi Liberal-Kapitalis
Secara etimologi, berasal dari kata atau bahasa latin yang berarti free. Selanjutnya liberal berarti nonrestricted; tidak dibatasi atau independent in opinion; bebas dalam pendapat.[7]
Adapun Kapitalisme; merupakan cara produksi, secara lebih luas dapat dijelaskan bahwa kapilatisme sebagai : “ Suatu cara perekonomian yang berhubungann dengan produksi-produksi apa saja yang dapat diselenggarakan dalam suatu perusahaan.”[8]Atau stelsel pergaulan hidup yang timbul dari cara produksi yang memisahkan kaum burh dari alat-alat produksi.[9] Kapitalisme juga merupakan system ekonomi8 yang filasafat social dan politiknuya didasarkan kepada asaas pengembnagn hak milki pribadidan pemeliharaannya serta perluasan paham kebebasan. Sistem ini telah melahirkan banyak malapetaka terhadap dunia. Akan tetapi terusmelakukan tekanan-tekanannya dan campur tangan politis, social dan cultural terhadap bangsa-bangsa di dunia. [10]
           
Ideologi Sosialis-Komunis
Dua tokoh aliran komunis yaitu Marx dan Engels, menulis sebuah dokumen. Dalam dokumen asli yang ditulis pada awal tahun1848, sebagai prakata mereka menulis: ‘ketakutan sedang membayang-bayangi daratan Eropa, ketakutan terhadap paham komunis. Benar juga terbukti sejak saat itu paham komunis menyebar semakin luas dan cepat, bahkan bukan hanya di saantero benua Eropa tetapi juga diseluruh dunia. Paham komunis berusaha memperluas pengaruhnya dengan memanfaatkan situasi-situasi buruk yang timbul, misalnya kegagalan-kegagalan pemerintah, kejahatan-kejahatan dan kesalahan-kesalahn yang mungkin dilakukan dilakukan oleh aparat pemerintah. Kekuatan orang-orang komunis terletak pada kemampuannya menelanjangi kelemahan pihak lawan-lawannya. Betapapun kecilnya kesalahan, kalau itu menyangkut kegagalan moral dan intelektual itu pasti akan dimanfaatkan oleh kaum komunis sebagai sumber agitasi. Paham komunis lahir ditengah-tengah penderitaan rakyatyang ditimbulkan oleh golongan kapitalis. Dan paham komunis akan tetap hidup selama masih ada ketidak adilan dan kesengsaraan.[11]. Orang-orang yang semula menggantungkan harapan untuk hidup layak dalam rezim komunis pada akhirnya merasa kecewa. Dibawah rezim komunis segala sesuatu berbau politis, dan masalah perdamaian senantiasa menjadi issue setiap gerakan politik.[12]
Ajaran komunis yang melecehkan Ketuhanan, tetapi malah mengagung-agungkan takhayul secara berlebihan. Mereka memerangi agama dan menyombongkan kekuatan dan kesempurnaan partaidan terlalu mempercayai kebaikan sepihak. Akan tetapi ajaran komunis bukanlah sebuah bentuk ajaran agama baru. Kekeliruan itu sering dinyatakan orang yang tidak mengetahui benar perbedaan agama dan komunis.[13] Penyebab yang mempercepat sekaratnya komunisme adalah kegagalan pengalaman Soviet.[14]


Sosialisme ilmiah menurut Marx :
Karl Marx pelopor utama gagasan “sosialisme ilmiah” dilahirkan tahun 1818 di kota Trier, Jerman, Ayahnya ahli hukum dan diumur tujuh belas tahun Karl masuk Universitas Bonn juga belajar hukum. Belakangan dia pindah ke Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar Doktor dalam ilmu Filsafat dari Universitas Jena. Marx menolak pendasaran sosialisme pada pertimbangan_pertimbangan moral. Sosialisme tidak akan datang karena dinilai baik atau karena kapitalisme dinilai jahat, melainkan karena syarat-syarat obyektif penghapusan hak milik pribadi atau alat-alat produksi terpenuhi. Dan kapitalisme itu sendiri adalah sistem dimana alat-alat produksi dikuasai oleh minoritas, kaum buruh dieksploitir, dan proses akumulasi kapital didorong oleh persaingan antara perusahaan-perusahaan.
Hubungan itu berubah dari bentuk perkembangan kekuataan produksi menjadi belenggu-belenggu untuk perkembangannya. Kemudian mulailah era revolusi sosial." Di sini kita harus menerangkan satu masalah. Materialisme historis sering mengalami distorsi mekanis, dimana dialektika antara kekuatan dengan hubungan produksi ditafsirkan sebagai antagonisme antara alat-alat teknis dan sistem kepemilikan swasta. Kedua unsur itu dimengerti seperti sesuatu yang independen dari manusia “ sebuah determinisme teknologis. Maka kedua konsep Marxis tadi direduksi artiannya.
Sepanjang jalan ini, kritik generis yang dikembangkan Marx semasa masih muda tentang kapitalisme secara umum, telah ditransformasikan dengan upaya yang telaten sehingga menjadi alat analistis tajam yang sangat efektif untuk menelusuri semua seluk-beluk perekonomian kapitalis. Namun konsep awal tentang kerja teralienasi itu tidak dilupakan apalagi dipungkiri, melainkan tetap menjadi jantung dari analisis Marx. Dalam Das Kapital Marx berkali-kali mengungkit masalah



Secara Umum Pengertian Sosialisme.
Dalam kehidupan sehari-hari sosialisme digunakan dalam banyak arti. Istilah sosialisme selain digunakan untuk menunjukkan system ekonomi, juga digunakan untuk menunjukkan aliran filsafat ideologi, cita-cita, ajaran-ajaran atau gerakan. Sosialisme sebagai gerakan ekonomi muncul sebagai perlawanan terhadap ketidak adilan yang timbul dari sistem kapitalisme. John Stuart Mill (1806-1873), menyebutkan sebutan sosialisme menunjukkan kegiatan untuk menolong orang-orang yang tidak beruntung dan tertindas dengan sedikit tergantung dari bantuan pemerintah. Sosialisme juga diartikan sebagai bentuk perekonomian di mana pemerintah paling kurang bertindak sebagai pihak dipercayai oleh seluruh warga masyarakat, dan menasionalisasikan industri-industri besar lain yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Dalam bentuk yang paling lengkap sosialisme Negara, dan menghilangkan milik swasta (Blinton : 1981).
Mith berpendapat manusia melakukan kegiatan ekonomi adalah dasar dorongan kepentingan pribadi, yang bertindak sebagai tenaga pendorong yang membimbing manusia mengerjakan apa saja asal masyarakat sedia membayar “Bukan berkat kemurahan tukang daging, tukang pembuat Bir atau tukang pembuat Roti kita dapat makan siang”. Kata Smith “akan tetapi karena memperhatikan kepentingan pribadi mereka. Kita berbicara bukan kepada rasa kemanusian mereka, melainkan kepada cinta mereka kepada diri mereka sendiri, dan janganlah sekali-sekali berbicara tentang keperluan-keperluan kita, melainkan tentang keuntungan-keuntungan mereka”. (Robert L Heibroner, 1986. UI Press). Motif kepentingan individu didorong oleh filsafat liberlisme kemudian melainkan system ekonomi pasar bebas, pada akhirnya melahirkan ekonomi kapitalis.
Milton H. Spencer (1977), menulis dalam bukunya Contemporary Ecomics: “Kapitalisme merupakan sebuah system oraganisasi ekonomi yang dicirikan oleh hak milik privat (individu) atas alat-alat produksi dan distribusi (tanah, pabrik-pabrik, jalan kereta api, dan sebagainya) dan pemanfatannya untuk mencapai laba dalam kondisi-kondisi yang sangat kompetitif. Para individu memperoleh peransang agar aktiva mereka diamnfaatkan seproduktif mungkin. Hal tersebut sangat mempengaruhi distribusi kekayaan serta pendapatan karena individu-individu diperkenankan untuk menghimpun aktiva dan memberikannya kepada para ahli waris secara mutlak apabila mereka meninggal.[15]





Ideologi Islam
Dalam Islam untuk memecahkan problematika yang berkembang ditengah masyarakat (ummat) dikenal dengan adanya konsep ijtihad[16], merupakan bagian dari kemampuan berfikir untuk melakukan interpretasi apa yang terkandung dalam pedoman utama ajaran Islam dalam menjawab berbagai persoalan yang ada di tengah masayarakat. Spektrum Islam tidak hanya menyoroti dan mendalami hubungan ritual manusia dengan Tuhan, melainkan juga menyoroti secara intens, comprehensive, dan integral hal yang mengatur umum, yakni kehidupan masayarakat. Sbagaimana dikemukakan H.AR. Gibb : Islam is indeed much more than a system of theology if complete civilization. ( Islam itu sesungguhnya lebih dari satu system agama saja, dia adalah suatu kebudayaan yang lengkap)[17].
Untuk mengenal konsepsi Islam mengenai kemasyarakatan, berhubungan dengan Sosial-Politik, adalah penting mengetahui Islam secara esensinya (Pokok-pokok) atau garis besarnya. Hamka, dalam sebuah bukunya menulis mengenai Islam kandunganya diperinci dalam tujuh bagian, yakni  Aqidah, Ibadah (Khas), Muammalat, munakahat, jinayat, kenegaraan, dan meningkat tingkat kerohanian.
Islam sebagai Dien ( petunjuk) pandangan hidup (Way of life), tentu memiliki prinsip-prinsip untuk terbentuknya suatu ideology yang bersesuaian dengan ajaran Islam.  Pada bagian substansinya, ajaran Islam merupakan kumpulan wahyu dimana tanpa kecuali setiap muslim yang baik patut mengamalkanya. Pada bagian substansi yang lain, setiap muslim dituntut untuk merenungi (tafakur), mengkaji (tadabur).
Sistem politik Islam itu didasarkan atas 3 prinsip, yakni Tauhid, Risalah dan Khalifah[18], untuk berdirinya Negara Islam yang Demokratis, telah diawali dengan runtuhnya sejumlah Negara berdasarkan kerajaan Islam, setelah PD II, runtuhnya kerajaan Mesir (1952), Irak (1958), Yaman Utara (1962), Libya(1969), Agganistan (1973), dan Iran (1979). Kemudian pada akhir 1960-an Yaman Selatan (1969), Syiria (1978) , Pakistan (1971) dengan munculnya Republik Bangladesh dan Afganistan (1978) dengan digulingkannya Presiden Daud oleh tokoh Marxis Taraki. Pakistan merupakan Negara pertama di dunia yang secara formal dapat disebut Negara atau republic Islam, karena konstitusinya yang disahkan pada tahun 1956 diseebut The Constitution of the Islamic Republik of Pakistan, diia menjadi sebuah Negara demokrasi berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang berkeadilan sosial.[19].
Pada tahun 1978, terjadi revolusi di Iran, tumbangnya raja Syeh Reza Pahlevi, pemerintahan feodal yang otoriter sekutu kuat Amerika Serikat (AS). Kaum Muslimin di Iran telah berhasil menumbangkan sebuah rezim yang sangat akrab dengan Negara Barat, khususnya AS. Rakyat Iran dengan sikapnya yang radikal revolusioner berhasil menghentikan persengkokolan kapitalisme dan neofeodalisme serta terusirnya Kapitalis Amerika Serikat dari Republik Islam Iran dibawah kepemimpinan sekaligus tokoh spiritual dan tokoh revolusioner Ayatullah Khomaeni yang telah berhasil membawa perubahan yang revolusioner berdasarkan ajaran Islam yang berfaham Syi’ah.
Ditengah runtuhnya Negara-negara yang menganut ideology Sosialis-Komunis, dunia Islam mengalami perkembangan demikian pesat dan mampu memebangun peradaban alternative dalam pusaran hegemoni barat dengan sekulerismenya yang mengalami krisis moralitas, etika, dan perdamaian dunia. Gerakan kultural Islam di tengah modernisasi Barat mampu membangun citra Islam di tengah peradaban masayarakat maju, sebaliknya secara perlahan dan pasti tuntutan untuk diterapkanya system syari’at dalam berbagai aspek kehidupan dalam suatu Negara yang penduduknya mayoritas Islam semakin menguat. Rasa simpatik pemimpin di Negara maju era 1970-1980-1n terhadap Islam dapatlah dikemukakan sebagaimana ucapan mantan presiden AS Richard Nixon yang mengatakan:
“ Kemampuan nilai-nilai murni islam (etika agung) untuk memberikan kepuasan terhadap kebutuhan di segala bidang (modrnitas) pada akhir abad ke-20-21, akan menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh reformis yang bijaksana”[20]




[1] Firdaus Syam. 2007.  Pemikiran Politik, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3.Cetakan 1. Jakarta : PT Bumi Aksara.Hlm.238.
[2] Deliar Noer. 1983. Ideologi Politik dan Pembangunan. Jakarta: Yayasan Pekhidmatan. Hlm. 31
[3] Alfian. 1981. Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta : Gramedia. HLm 187.
[4] Op.cit. hlm. 145
[5] Sukarna. 19821. Suatu Studi Ilmu Politik Ideologi. Bandung : Alumni.hlm. 113
[6] Firdaus Syam. 2007.  Pemikiran Politik, Filsafat, Ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3.Cetakan 1. Jakarta : PT Bumi Aksara.Hlm.240-241.
[7] Maxime Rodinson.1982. Islam dan kapitalisme, bandung. Bandung : Igra. Hlm. 31.
[8] Sukarna. 1965. Di bawah Bendera Revolusi, Jilid I. Jakarta: panitia penerbit DBR, 1965. Hlm 181.
[9] Sukarna. 1981. Ideologi. Bandung: Alumni.hlm: 59
[10] Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMI, Abu Ridho (Pnyt). 1999. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran, WAMI, 1999.hlm 167.
[11] Kolarz, Walter. 1994. Komunisme dan Kolonialisme. Surabaya: Usaha Nasional. Hal. 21-22
[12] Ibid., Hal. 31
[13] Ibid., hal. 41.
[14] Brzezinski, Zbigniev. 1992. Kegagalan Besar: Muncul dan Runtuhnya Komunisme dalam Abad Kedua Puluh. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 13.
[15] http://www.greasy.com/komparta/sosialisme_dan_komunisme.html. Diakses pada tanggal 28 September 2011, Pukul 21 :59 WIB
[16] Ijtihad adalah hak dan kesanggupan untuk memberikan intrpretasi dan pertimbangan sendiri mengenai suatu masalah. Lihat Dliar Noer .1983. dalam  Pengantar ke pemikiran politik (Edisi Baru), Jakarta,Rajawali Prss, ,hlm.143
[17] H.R.Gibb dalam M. Natsir,  1973. Capita Slecta, ( Jilid I). Jakarta. Bulan Bintang. Hlm 15
[18] Abdul Ala’ Al Maududi.1979. Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim. Jakarta: Bulan Bintang.hlm 53
[19] A. Dahlan Ranuwiharjo.2000. Aspek Ideologi dari Islam, Ladership, strategi dan Taktik dalam Perjuangan Politik. KAHMI Maluku Utara, Teranate.____.hlm 4
[20]  Richard Nixon.1981. The Real War._____. Warner books hlm.101

Tidak ada komentar:

Posting Komentar